Health

Tuesday, January 11, 2011

info kesehatan : Mengapa Anak Tidak Boleh Gemuk?


Anak gemuk memang terlihat lucu dan menggemaskan. Namun, gemuk
ternyata tidak selalu berarti sehat, melainkan bisa juga sebagai indikasi adanya penyakit yang
harus diperiksa sejak dini.
Masalah anak gemuk, tidak hanya terdapat di negara-negara maju, di negara berkembang
seperti Indonesia, di kota maupun di sebagian desa, semakin banyak ditemukan anak yang
gemuk. Tidak selalu harus berasal dari keluarga kecukupan. Makan nasi melebihi porsi pun
bisa saja bikin badan jadi luar biasa subur.
Gemuk sudah menjadi wabah di dunia. Dulu, negara-negara di Afrika banyak yang kelaparan.
Sekarang, pusat-pusat pelangsingan tubuh sudah mulai banyak bermunculan di sana. Pola
makan berlebih dan harga buah serta sayur-mayur lebih tinggi dari harga gorengan, gula, dan
camilan, itulah yang menjadikan tubuh cenderung kelebihan kalori.
Gemuk juga untuk sebagian orang masih menyimpan lambang kemakmuran. Benar. Sebagian
besar orang tua, ibu khususnya, menginginkan anaknya berbadan gemuk. Selain lucu, anak
montok juga melambangkan keluarga yang makmur. Pesan keliru yang diwariskan sebagai
mitos inilah yang perlu dikoreksi, oleh karena anak yang tidak gemuklah yang sebetulnya
didambakan pemerintah di negara maju. Di mana-mana negara maju, lebih banyak manajer
yang tidak gemuk dibanding yang gemuk.
Kini, Amerika Serikat tengah bergulat menghadapi anak sekolah yang lebih separo
populasinya tergolong gemuk. Sebagian besar membutuhkan konsultasi dokter. Berbagai
upaya dilakukan, namun belum seluruhnya teratasi. Kita bisa memaklumi kalau anak Amerika
cenderung kelebihan berat badan, mungkin sudah sejak usia bayi mula. Namun, kalau banyak
pula anak-anak kita yang gemuk, tentu ada yang keliru dalam pola dan kebiasaan makan
mereka. Junk food adalah salah satu penyebabnya.
Anak-anak di negara maju, pilihan menunya yang cenderung membuat mereka jadi kelebihan
berat badan. Kita memahami, menu junk food kaya lemak, boros gula, dan garam, serta
sangat tinggi kalori. Lidah anak zaman sekarang sudah terkondisikan dengan cita rasa gurih,
manis, asin, dan serba berbumbu. Itu pula yang menggiring mereka tidak lagi begitu
menyukai menu meja makan ibu.
Demikian pula agaknya anak-anak kita di perkotaan. Mereka sudah terkondisikan pula oleh
menu harian yang serba junk food di luar rumah, dan kehilangan selera makannya di meja
makan ibu. Semakin dimanjakan anak oleh menu di luar rumah yang cenderung melebihi porsi
kebutuhan tubuh, semakin besar potensi untuk menjadi gemuk, dan terus bertambah gemuk.
Anak dan bayi di pedesaan, yang bukan dari keluarga kecukupan pun, sudah tercemar oleh
pilihan menu (jajanan) yang sekaliber junk food, kalau jenis jajanan pizza, burger, atau hot
dog sudah masuk desa, selain penganan yang serba manis, dan berlemak tinggi. Selain itu,
rata-rata bayi di desa juga sudah lebih dini dan belum waktunya diperkenalkan jenis makanan
padat, sehingga badannya rata-rata melebihi ukuran seusianya, mungkin lantaran
ketidaktahuan. Memberi nasi, pisang, bubur, sebelum bayi berumur 5 bulan, salah satu
penyebab kenapa banyak bayi di pedesaan menjadi gemuk.
Kegemukan sejak bayi tidak boleh terjadi, oleh karena pola dan ukuran sel-sel lemak
tubuhnya sudah telanjur terbentuk salah. Selain jumlah sel-sel lemaknya terbentuk lebih
banyak dari anak normal, ukurannya pun lebih besar. Itu maka, sebaiknya anak tidak gemuk
sejak usia bayi. Gemuk yang sudah telanjur terbentuk, sukar mengempiskannya lagi, kecuali
menerimanya saja sebagai bakat yang dibawanya sampai usia dewasa.
Diet tanpa pengawasan dokter tidak dianjurkan bagi anak yang gemuk. Dalam masa
pertumbuhan, tubuh anak tidak boleh sampai kekurangan zat gizi. Jika diet menguruskan
badan tidak tepat, yang berkurang dalam menu bukan cuma kalorinya, melainkan juga semua
zat gizi yang dibutuhkan tubuh anak untuk pertumbuhan. Bukan cuma lemak dan kalori yang
berkurang dengan diet langsing bukan dari dokter, melainkan semua zat yang terkandung
dalam menu harian akan ikut susut juga. Dan ini tidak boleh terjadi.
Obat antilemak seperti yang dikonsumsi orang dewasa yang lemak darahnya tinggi, tidak
dianjurkan diberikan kepada anak. Diharapkan, dengan mengurangi porsi menu berlemakberkolesterol,
ditambah rutin latihan jasmani, lemak darahnya bisa turun menjadi normal.
Yang dapat dilakukan mungkin dengan cara akupunktur yang bisa menekan nafsu makan,
sambil tetap mengatur kecukupan gizi agar pertumbuhan anak tetap tercukupi. Perilaku
makan merupakan kesulitan terberat dalam upaya penurunan berat badan. "Lapar mata"
adalah salah satu tantangannya.
Anak yang lapar mata terdorong untuk makan (apa saja) kendati tidak sedang lapar.Mestinya,
tubuh dilatih hanya makan kalau sedang merasa lapar saja. Makan kapan saja melihat atau
ditawarkan makanan (echo), akan mengondisikan tubuh senantiasa terdorong ingin makan
kendati tidak merasa lapar. Bayi dan anak menjadi gemuk jika porsi yang dimakan melebihi
kebutuhan tubuh. Kelebihan kalori disimpan menjadi lemak, dan gajih di bawah kulit. Sel-sel
lemak tubuhnya menjadi besar-besar, selain jumlahnya lebih banyak dari anak normal.
Susu sapi harus dituding sebagai salah satu penyebab lainnnya. Kita tahu lemak dalam susu
sapi lebih tinggi dari lemak ASI. Lemak susu sapi disiapkan untuk membangun tubuh anak
sapi, bukan tubuh anak manusia. Maka masih tetap bijak jika ibu tetap hanya memilih ASI
untuk bayi, daripada membiarkan menjadi gembrot oleh susu sapi nantinya. Jika bayi
diberikan makanan sesuai dengan umur dan tahapan perkembangan usianya, kecil
kemungkinan anak bakal gemuk. Kita tahu, ada tahapan pemberian makanan bayi yang tidak
boleh dilanggar.
Selain agar tubuh anak tidak dirugikan oleh menu yang tidak tepat, kemungkinan anak
menjadi kelebihan berat badan pun tidak perlu sampai terjadi. Buat anak di atas setahun,
tentu pilihan susunya hanya susu sapi. Jika anak sudah gemuk, pilihlah susu nonfat, yang
sudah dibuang lemak susunya. Anak hanya membutuhkan kandungan protein susunya.
Biasakan anak banyak gerak. Latihan jasmani bukan sekadar permainan, melainkan harus
dimanfaatkan juga untuk membantu membangun tulang dan otot, selain membakar kelebihan
kalori yang diperoleh dari makanan yang mungkin berlebih. Semakin kurang bergerak,
berolahraga, dan latihan jasmani, semakin besar kemungkinan menjadi gemuk, dan badan
anak pun tidak bugar. Kurikulum olahraga di sekolah kita sangat kurang memadai. Semboyan
hidup anak sekolah di negara maju, tiada hari tanpa olahraga.
Selera makan anak yang sudah telanjur gemuk umumnya jadi meningkat luar biasa. Itu
maka, anak yang sudah telanjur gemuk dengan mudah bertambah berat badannya kalau
dorongan untuk terus makannya tidak ditahan, atau terkendali. Bayi normal akan bertambah
berat 2 kali lipat pada usia 5 bulan, dan menjadi 3 kali lipat ketika berumur setahun.
Selanjutnya berat badan ideal anak sampai usia 11 tahun bisa dihitung dengan rumus 8 + (2
X umur) kg. Anak yang berumur 5 tahun, idealnya memiliki berat badan 8 + (2 X 5) kg atau
18 kg. Lebih dari itu waspada.
Namun, lebih tepat untuk usia di atas setahun dipakai formula Indeks Masa Tubuh (Body Mass
Index), yang dihitung dengan cara membagi angka berat badan dengan tinggi badan (dalam
meter). Nilai 23 - 25 tergolong ideal, dan lebih dari 25 berarti sudah kelebihan berat. Anak
yang gemuk bukan cuma sebab kesalahan memberi makan berlebihan, melainkan bisa juga
sebagai sebuah kasus penyakit. Ada beberapa jenis penyakit (kelainan hormon dan gen) yang
membuat tubuh anak gemuk abnormal, dan gemuknya kelihatan tidak sehat.
Dalam hal gemuk penyakit, tidak mudah mengoreksinya, karena memang ada yang salah
dalam sistem hormonal atau gennya. Gemuk yang tak terkendali dengan diet, dan upaya
membuang kalori ini, tergolong gemuk yang harus diterima apa adanya, dengan segenap
risiko yang dibawanya. Ini masalah baru yang dihadapi Amerika sekarang. Baru-baru ini,
sekolah di AS membuat 'kartu rapor berat badan'. Anak yang dinyatakan kelebihan berat
badan memerlukan konsultasi dokter untuk diet khusus, dan latihan jasmani ekstra agar berat
badan ideal bisa tercapai.
Di sekolah-sekolah Singapura, misalnya, anak yang kelebihan berat badan diberi porsi
olahraga yang lebih banyak dibanding anak yang tidak gemuk, agar berat badannya menyusut
menjadi tidak gemuk lagi. Kegemukan diantisipasi medis bisa membawa banyak penyakit,
sehingga sumber daya manusia menjadi kurang berkualitas. Dengan kartu rapor berat badan,
anak dipantau terus oleh sekolah sampai batas tidak gemuknya tercapai. Setelah itu, berat
badan yang tercapai ideal dipertahankan dengan cara makan tidak rakus, dan pilihan
menunya tepat, sambil tetap berolahraga sehingga gemuknya tidak kambuh.
Anak gemuk apakah berarti profil lemak dalam darahnya juga tinggi? Ya, hal itulah yang
paling kita takuti. Kebanyakan remaja Amerika yang pola makan dan pilihan menunya serba
junk food itu, rata-rata sudah kelebihan kadar lemak dalam darahnya. Walau tidak selalu
harus lemak dalam darahnya tinggi, namun kebanyakan remaja di negara maju, kolesterol
dan trigliseride-nya sudah di atas normal. Itu berarti, risiko muncul malapetaka akibat
tingginya profil lemak tubuhnya, sudah dimulai sejak usia pubertas mula. Dan itu yang
menerangkan, mengapa dewasa ini banyak serangan jantung atau stroke muncul pada usia
yang lebih dini. Semakin banyak stroke dan serangan jantung koroner prematur (kurang dari
usia 40 tahun) muncul sekarang ini.
Lemak dalam darah yang belebih kini diyakini juga menceteuskan bangkitnya kanker di organ
tubuh mana saja. Kanker rahim, ginjal dan payudara khususnya. Risiko perlemakan hati,
kencing manis, juga disebabkan semakin tingginya lemak dalam darah.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More